WeLcome.....

Welcome to Sekar Gendis's Page

WeLcome.....

Welcome to Sekar Gendis's Page

Selasa, 14 Juni 2011


Aku dan perasaanku
Namaku seperti yang kalian tahu adalah Ranisa dan biasa dipanggil Rani. aku masih 19 tahun pun belum genap. Aku, tak pernah menyangka jika jalan hidupku akan seperti ini. Sungguh tak pernah terbayangkan sebelumnya. Aku terhenyak sesaat melihat bentangan hijau dihadapanku, persawahan kampung tempatku tinggal menimba ilmu.
Betapa kaya tanah dengan bentangan sawah menghijau dengan dibentengi lereng bebukitan ini. Senja yang bening ditingkahi burung-burung gereja yang belum juga beranjak menuju sarangnya. Matahari masih belum sempurna tenggelam. Tertelungkup dibalik gumpalan awan putih dan pekat. Ia hanya tampak samar-samar. Sebentar lagi, purna sudah tugasnya dibelantara bumi bagian barat, yogyakarta. Tugas untuk hari ini.
Kampung ini sudah terlihat sepi. Meski tak heran semua penghuninya masih terlibat dalam derak kehidupan yang terus berputar.  Ah hidup memang tidak seperti deret ukur linier dari titik nol yang kemudian naik melonjak hingga pada titik tak terhingga, namun kehidupan seperti kurva sinus yang mulai dari titik nol menuju puncak, kemudian menurun lagi ketitik nol, lalu naik lagi, turun lagi. Demikian seterusnya. Ntahlah apa yang ada dalam fikiranku ketika angin semilir manyapa, menyentuh sepiku dalam hati. “ liburan kuliah “ karena merapi yang masih terus-terusan terbangun, masihlah terasa panjang. Kurasa sangat lama dan melelahkan karena kegiatanku hanya membaca, menulis, itu-itu saja.
Dari tepi gubuk sawah yang sejak 1999 didirikan bapak ini, kulihat anak-anak kecil sedang bermain-main, hanya terlihat garis-garis yang bergerak. Ah betapa aku pernah menjadi seperti kalian, gumamku. Menikmati udara panas dengan riang, bertelanjang kaki menelusiui rawa, perkebunan dan semak belukar. Masa yang menyenangkan dimana aku puas menjadi bocah kecil dengan segala kepolosan dan rasa ingin tahu tentang sesuatu. Bercita-cita tinggi, membuat bangga kedua oranga tua. Tuhan... akankah harapan itu tetap Engkau berikan kepada kedua orang tuaku jika aku akhirnya menikah muda? Kurasa Engkau akan berikan lebih dari yang pernah kubayangkan. Ini adalah jalan terbaik yang telah Engkau tentukan karena aku telah “ bertanya ” kepadaMu untuk keputusan yang tidak main-main ini. Aku tak tahu, sedang aku belum genap 19 tahun.
Kalian, mungkin bisa merasakan apa yang aku rasakan jika aku bisa memberikan iliustrasi yang baik pada kalian. Namun kurasa semua itu akan tetap sia-sia. Kalian takkan bisa mengerti diriku, karena kalian tak pernah menjadi diriku, mengalami apa yang terjadi terhadapku.
Senja masih menelisik sela-sela hatiku. aku tak lagi memperhatikan berapa burung gereja yang masih melayang-layang diudara. Aku terus diam memikirkan diriku sendiri yang saat ini ntah merasakan apa aku tak mengerti.
Matahari hampir purna dibelantara langit ketika kutengadah wajahku digaris perbatasan kaki langit. Kini, ia tengah memasuki zona perbatasan, garis horizon cakrawala. Berkas mega mengiringinya ringan seperti biasa. Senja kali ini tak ubahnya kerinduan. Kerinduan dalam jiwaku yang kadang terlunta-lunta mencari titik batas ending cerita yang kuharapkan. Atau seperti nadi yang selalu mengalirkan darah keseluruh tubuh. Menjadi jalur distribusi darah dari jantung. Mengalirkan denyut penanda bahwa masih adanya sebuah kehidupan. Akupun ingin menjadi sesuatu yang bisa mengalirkan semangatku untuk seseorang. Seseorang yang sudah satu tahun lebih ini menemaniku, tetap dalam batas-batas yang ditentukan Tuhan. Seseorang yang dengan kesendiriannya seperti seribu kunang-kunag digelap malam. Seseorang yang kehadirannyaa dalam hidupku adalah bagai cahaya. Yang kehadirannya  melukisi kanvas hidupku dengan warna-warna. Mengenalkanku pada sebuah ketakjuban dunia ciptaanNya. Seseorang yang tak pernah kuduga kehadirannya akan benar-benar terjadi dalam kehidupanku. Siapa lagi kalau bukan pemilik wajah simpatik, yang selalu memanggilku dengan sebutan “ Nduk ” itu, mas Hanandika.
Ah Tuhan, aku tak pernah memungkiri rasa syukur ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar